Trump Umumkan Perubahan Tarif, Berlaku 7 Agustus

WASHINGTON: Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan serangkaian perubahan tarif kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia, menjelang tenggat pemberlakuan pada Jumat (1/8/2025). Tarif akan berlaku sepenuhnya dalam tujuh hari. Ujian bagi ketangguhan ekonomi global dimulai.

Gedung Putih, Kamis (31/7/2025) malam waktu setempat atau Jumat pagi WIB, menyatakan, Trump telah menandatangani perintah eksekutif berisi perubahan tarif kepada 68 negara dan Uni Eropa sebesar 10-41 persen. Tarif akan berlaku pada 7 Agustus 2025. Negara yang tidak ada dalam daftar akan terkena tarif 10 persen. 

Trump dalam perintah eksekutif itu mencatat, beberapa negara telah menyetujui atau hampir menyetujui komitmen perdagangan dan keamanan yang bermakna dengan AS. Negara lainnya telah bernegosiasi, tetapi tidak menawarkan persyaratan yang bisa selaras dengan kepentingan AS.

”Ada juga beberapa mitra dagang yang telah gagal untuk terlibat dalam negosiasi dengan AS atau untuk mengambil langkah-langkah yang memadai dalam menyelaraskan masalah ekonomi dan keamanan nasional AS,” kata Trump.

Lampiran perintah eksekutif terbaru Trump menunjukkan, sesuai kesepakatan negosiasi, Trump memberikan tarif 10 persen untuk Inggris, 20 persen untuk Vietnam, 19 persen untuk Indonesia, 19 persen untuk Filipina, 15 persen untuk Jepang, dan 15 persen untuk Korea Selatan. Uni Eropa juga mendapat tarif 15 persen untuk sejumlah produk.

Sementara Lesotho akhirnya mendapat tarif 15 persen (turun dari 50 persen), Turki 15 persen (naik dari 10 persen), Swiss 39 persen (naik dari 31 persen), Israel 15 persen (turun dari 17 persen), dan Taiwan 20 persen (turun dari 32 persen). Di Asia Selatan, tarif Pakistan turun menjadi 19 persen, Bangladesh 20 persen, dan India 25 persen.

Tarif beberapa negara tetap sama, seperti Venezuela dengan tarif 15 persen dan Afrika Selatan 30 persen. Negara-negara yang tidak disebutkan dalam perintah eksekutif mendapat tarif 10 persen berdasarkan ketidakseimbangan perdagangan dengan AS dan profil ekonomi regional, menurut seorang pejabat senior.

”Tim perdagangan telah bekerja sepanjang waktu untuk mencoba berkomunikasi dengan negara-negara sebanyak mungkin. Namun, jika mereka belum menerima kabar dari kami, mereka akan menerima kabar dalam bentuk surat atau perintah eksekutif pada tengah malam ini,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt.

AS belum mencapai kesepakatan final dengan tetangga dan mitra dagang terbesarnya, yaitu Kanada dan Meksiko. Hubungan ketiga negara masih terselamatkan ketika Trump setuju untuk menangguhkan tarif atas produk yang termasuk dalam Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA). Namun, Trump masih memberlakukan beberapa tarif lain kepada dua negara itu.

Sejak Maret, Trump mengenakan sejumlah tarif pada Kanada. Yang terbaru, ia menaikkan tarif Kanada menjadi 35 persen dari 25 persen untuk produk di luar USMCA per 1 Agustus 2025. Padahal, kedua negara masih bernegosiasi. Trump tampaknya gusar atas rencana Kanada ingin mengakui negara Palestina.

Menurut The New York Times, belum jelas apakah Kanada akan menerapkan balasan. Perekonomian Kanada sangat bergantung pada ekspor. Perdana Menteri Kanada Mark Carney kini berupaya menjalin kesepakatan dengan negara lain dan memperkuat perekonomian domestik.

Situasi lebih baik terlihat pada perundingan AS-Meksiko. Kedua negara sepakat untuk memasuki periode negosiasi selama 90 hari. Sebagai salah satu mitra dagang terbesar AS, Meksiko terkena tarif 25 persen untuk mobil beserta tarif 50 persen untuk baja, aluminium, dan tembaga.

”Kami terhindar dari pengumuman tarif baru yang akan diumumkan (pada 31 Juli) dan mendapat waktu 90 hari untuk membangun kesepakatan jangka panjang melalui dialog,” tulis Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum di X setelah berbicara dengan Trump lewat telepon, Kamis pagi.

Kabar jeda untuk negosiasi memberi harapan bagi Meksiko. Kedua negara telah melakukan negosiasi yang melelahkan selama berbulan-bulan. Meksiko tidak menawarkan konsesi tambahan apa pun dalam putaran terakhir perundingan dagang AS.

”Kompleksitas kesepakatan dengan Meksiko agak berbeda dibandingkan dengan negara lain karena masalah dan aset di perbatasan,” ujar Trump dalam pengumuman.

Selama ini, Trump menuntut agar Meksiko berbuat lebih banyak untuk memerangi kartel narkoba serta menghentikan aliran fentanil dan migran menuju AS. Di media sosial, Trump mengatakan, Meksiko setuju untuk segera mengakhiri hambatan perdagangan nontarif ”yang jumlahnya banyak”.

Menurut Sheinbaum, Meksiko mungkin akan berupaya mengurangi defisit perdagangan Meksiko-AS, meningkatkan investasi di AS, dan memperkuat kerja sama pertahanan, khususnya berbagi data intelijen di perbatasan. Para pejabat Meksiko pun sedang membahas hambatan nontarif, termasuk soal mekanisme ketenagakerjaan dan sengketa kekayaan intelektual. (adm/kompas.com)