Pertumbuhan Ekonomi 8%, Apakah Masih Mungkin?

JAKARTA: Apa persamaan Presiden Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto? ya, keduanya sama-sama punya ambisi meraih pertumbuhan ekonomi tinggi, 7% dan 8%.

Tapi apakah selama 10 tahun memimpin negara ini Presiden Jokowi berhasil menggapai ambisinya? Tidak, karena selama kurun waktu 2014-2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia bertahan rata-rata 5%, bahkan sempat anjlok -2,07% karena pandemi Covid-19 pada 2020.

Terakhir kali Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 7% terjadi pada 1996, dengan capaian 7,82%. Angkanya melambat dibandingkan 1995 yang tumbuh 8,22% tetapi masih lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagai negara berkembang, Indonesia berpeluang untuk terus mengakselerasi perekonomiannya, berbekal bonus demografi yang besar hingga potensi kekayaan alam.

Ketika Presiden Prabowo mengambil alih tampuk kekuasaan pada Pemilu 2024, Prabowo menegaskan ambisinya untuk mencapai pertumbuhan 8% hingga 2029 mendatang.

“Saya sangat percaya diri bahwa kami bisa dengan mudah mencapai [pertumbuhan ekonomi] 8%, dan saya yakin untuk melaju lebih jauh,” ujar Prabowo di Qatar Economic Forum, Rabu (15/5/2024), dilansir dari Bloomberg.

Prabowo menyatakan bahwa dirinya sudah berbicara dengan para ahli, dia sendiri pun sudah mempelajari data-data dan indikator ekonomi, sehingga sangat yakin target pertumbuhan ekonomi 8% dapat tercapai.

Saat Prabowo menyatakan itu, Chief International Correspondent for South Eeast Asia BloombergTV Haslinda Amin selaku moderator langsung menanyakan kapan target itu bisa tercapai. Dengan lugas, Prabowo menyebutnya bisa tercapai dengan relatif cepat. “Saya akan mengatakannya, dalam 2—3 tahun,” ujar Prabowo.

Prabowo bisa saja terus menyatakan ambisinya, namun hasil proyeksi yang dibuat oleh International Monetary Fund (IMF) justru berkata lain.

International Monetary Fund (IMF) menerbitkan dokumen IMF Country Report No.24/270, yang di antaranya berisi proyeksi perekonomian Indonesia hingga beberapa tahun ke depan, termasuk ramalan pertumbuhan ekonomi RI hingga 2029.

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di angka 5,1% pada 2024 hingga 2029 alias periode pertama pemerintahan Prabowo-Gibran. Secara keseluruhan, IMF menilai kerangka kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan Indonesia telah memberikan landasan bagi stabilitas makro dan manfaat sosial.

Kebijakan-kebijakan pemerintah dinilai berhasil fasilitasi pemulihan ekonomi dari guncangan global sejak 2020.

“Pertumbuhan Indonesia tetap kuat meskipun ada hambatan eksternal, inflasi rendah dan terkendali dengan baik, sektor keuangan tangguh, serta kebijakan umumnya sudah diambil secara teliti dan diarahkan untuk jadi penyangga,” tulis laporan IMF, dikutip dari Bisnis.com pada Senin (12/8/2024).

Oleh sebab itu, IMF meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif di angka 5,1% dalam jangka menengah meski di tengah kondisi ketidakpastian global.

Lembaga keuangan di bawah Bank Dunia itu melihat inflasi akan tetap terkendali. ekspor sektor riil akan tumbuh lebih lambat, namun impor akan pulih sejalan dengan dinamika permintaan domestik.

Meski demikian, IMF juga mengingatkan sejumlah tantangan yang harus diantisipasi pemerintahan ke depan terutama akibat dinamika geopolitik yang belum akan pulih.

“Volatilitas harga komoditas, perlambatan pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama Indonesia, atau dampak dari suku bunga kebijakan yang tinggi dan berjangka panjang di negara-negara maju merupakan risiko eksternal yang penting diperhatikan,” simpul IMF.

Mengandalkan Investasi

Untuk mencapai target pertumbuhan 8% pada 2029 mendatang, Indonesia membutuhkan investasi Rp 13.528 triliun hingga Rp 14.000 triliun dalam lima tahun ke depan. Pada 2025 ini, pemerintah menargetkan perolehan investasi sebesar Rp1.905 triliun.

Pemerintah Prabowo-Gibran tentu perlu melakukan berbagai pembenahan untuk mengatasi ketertinggalan, terutama di tengah tantangan ekonomi yang tidak kondusif saat ini. 

Total realisasi investasi di Indonesia pada tahun 2024 mencapai Rp1.714 triliun, meningkat 20,8% dari tahun sebelumnya, sedangkan sampai dengan semester 1-2025, realisasi investasi tercatat sebesar Rp950 triliun atau tercapai 49,8% dari target 2025 sebesar Rp1.905 triliun. 

Selain itu, pemerintah juga harus mendorong efektifitas kawasan ekonomi khusus (KEK) yang ada di 25 wilayah di Indonesia sebagai mesin pertumbuhan di daerah. Investasi KEK harus dikebut agar target pertumbuhan bisa tercapai secara simultan dalam lima tahun ke depan.

Selama tahun 2024 KEK telah berhasil menghimpun investasi sebesar Rp82,6 triliun dan juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 42.930 orang. Secara kumulatif mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2024 KEK telah mencatat capaian investasi sebesar Rp256,7 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 156.208 orang dan melibatkan sebanyak 394 pelaku usaha. (admin/berbagai sumber)